Aplikasi Porter 5 Forces dalam Peningkatan Kekuatan Petani

Penulis: Irsan Yanuar

Banyak di antara kita bekerja untuk meningkatkan posisi tawar para petani, pengrajin, UMKM, dst. dengan melakukan intervensi di sepanjang rantai nilai. Nah, dalam tulisan ini saya berbagi pengalaman cara efektif untuk memperbaiki  posisi strategis petani/ smallholders/ pengrajin sehingga dapat meningkatkan pula kesejahteraan dan penghasilannya.


Seperti kita tahu, seringkali petani atau pembudidaya terjepit di tengah2 persaingan bisnis raksasa sehingga tidak memiliki posisi tawar yang baik. Ditambah dengan posisi keuangan yang pas- pasan, bahkan minus, membuatnya tidak berdaya dalam rantai nilai. Inilah salahsatu faktor mengapa petani sulit untuk lepas dari kemiskinan dan hutang.

Biasanya program pendampingan petani banyak berfokus kepada teknik- teknik budidaya yang baik, menghasilkan program yang berkualitas, dsb. dengan harapan bahwa dengan hasil yang berkualitas maka otomatis harga jual akan lebih tinggi. Padahal, belum tentu. Dari pengalaman sebelumnya, seringkali meski kualitas panen lebih baik, harga jual komoditas sama saja. Petani malah bisa dirugikan, karena menghasilkan panen berkualitas biasanya membutuhkan biaya, tenaga, dan waktu yang lebih besar.

Oleh karena itu, mari kita melakukan pendekatan lebih ilmiah. Melakukan intervensi secara tidak langsung ke petani, melainkan intervensi ke rantai nilai produksi dan perdagangannya.

Bagi yang pernah kuliah ekonomi managemen mata kuliah Strategic Management, maka kita pernah mempelajari Porter's 5 Competitive Forces, dimana kekuatan- kekuatan para pelaku bisnis dipetakan ke dalam Rivalry, New Entrants, Suppliers, Buyers dan Substitutes sebagaiamana diagram di bawah ini:


Konsep 5 Forces ini menggambarkan bahwa suatu usaha dikelilingi oleh kekuatan lingkungan yang sangat berpengaruh kuat. Jika terjadi perubahan pada lingkungan, maka berubah pula peta kekuatan persingan dalam industri. Konsep ini dikemukakan oleh Michael Porter dari Universitas Harvard pada tahun 1979. Michael Porter juga dikenal sebagai Bapak Strategi Bisnis Modern. 

Berikut ini penjelasannya.

1. Rivalry/ Kompetitor
Kompetitor adalah orang- orang yang menjalankan usaha mirip dengan usaha kita. Semakin banyak kompetitor, maka semakin sulit bagi kita untuk mendapat keutungan yang layak.

2. New Entrants/ Ancaman pendatang baru
Kekuatan ini ditentukan seberapa mudah (atau sulit) seseorang memasuki suatu bisnis yang sama. Semakin banyak pendatang baru tentu akan semakin memperketat persingan. Oleh karena itu pendatang baru harus dihambat untuk memasuki arena bisnis kita.

Beberapa hambatan bagi para pendatang baru misalnya modal yang besar, teknologi tertentu, paten, skala ekonomi, dsb.
 
3. Suppliers/ Pemasok
Pemasok berperan penting dalam proses produksi usaha kita.Sebab biaya produksi terkit langsung dengan harga bahan baku yang dipasok. Semakin banyak pemasok, semakin kuat posisi tawar kita. Begitu pula sebaliknya.

4. Buyers/ Pembeli
Semakin banyak pembeli, semakin bebas kita memilih kemana produk kita akan dijual. Akibatnya, posisi tawar menjadi lebih baik, dan harga jual dapat meningkat.

5. Substitutes/ Produk Pengganti
Apabila konsumen dapt memenuhi kebutuhannya dengan produk lain, maka produk kita akan lebih sulit dipasarkan, apalagi jika produk alterntif tersebut lebih murah, atau lebih unggul dri produk kta.

Aplikasinya
Dalam tulisan ini, peran new entrants, rivalry dan substitute tidak dibahas lebih jauh karena melekat pada sifat usaha pertaniannya. Kita tidak bisa melarang seseorang untuk terjun menjadi petani, atau untuk berinvestasi dalam pertanian tertentu.

Para petani binaan seringkali terjepit di tengah- tengah kelompok PEMBELI/ PENGEPUL, dan kelompok PEMASOK. Di banyak desa, seringkali peran keduanya dimainkanoleh satu pihak saja, yang sering disebut TENGKULAK.

Secara teori, semakin banyak PEMBELI, maka akan terjadi persaingan antar pembeli yang membuat harga jual komoditas menjadi semakin tinggi, yang sangat menguntungkan petani. Sebaliknya, jika pembeli hanya satu orang saja, maka dia akan mendikte harga jual komoditas.

Begitu juga, semakin banyak pemasok, misalnya pemasok peralatan, pupuk, bahan baku, dsb. maka akan terjadi persingan harga pasokan menjadi semakin rendah. Dengan demikian, petani diuntungkan dengan biaya produksi yang rendah.

Jadi, jika merancang program untuk meningkatkan kesejahteraan petani, strategi ini dapat diterapkan. Perbanyaklah pembeli dan perbanyak pemasok. Maka harga jual komoditas akan semakin tinggi, dan biaya produksi menjadi semakin rendah. Cukup satu dua orang saja yang direkrut, bisa berasal dari lingkungan petani, atau mengundang investor dari luar.

Strategi ini tentunya dapat dikombinasikan dengan juga membimbing petani untuk mempraktekkan Good Farming Practices sehingga menghasilkan panen dan pasca panen yang berkualitas. Demikian, mudah- mudahan bermanfaat.

Salam!

Komentar