Penyebab Banting Setir dalam Usaha


Banting Setir adalah Hal yang Lumrah. Foto: vidio.com

Sepanjang perjalanan usaha kita, sering dijumpai momen- momen yang menegangkan, atau menciutkan semangat, misalnya penjualan yang sepi terus- menerus, banyak komplain pelanggan, resesi ekonomi, atau publikasi negatif tentang usaha kita. Dalam kondisi seperti ini, sering kita berpikir untuk buka usaha baru yang samasekali berbeda. Inilah yang disebut banting setir. Apalagi di masa Pandemi dan Resesi ini. Rasanya usaha orang lain kok lebih menggiurkan dari usaha kita sendiri. Inilah yang kata pepatah  disebut rumput tetangga lebih hijau. Nah sebelum tergiur banting setir, kenali dulu ciri- cirinya.

Banyak juga para 'pengamat' yang suka sinis melihat seseorang membanting setir usahanya. Dipandangnya si pengusaha kurang gigih, kurang ulet dalam mempertahankan usahanya. Di sisi lain, kalau kita bersikukuh bertahan, usaha kita berdarah- darah, dan akhirnya kita malah kehabisan energi, uang dan waktu untuk melakukan tindakan penyelamatan. 

Saya ibaratkan kita sedang menyetir mobil mau liburan ke Bandung. Lalu di jalan terlihat macet. Apa yang kita lakukan? Biasanya menunggu beberapa lama, mencari tahu apa penyebab kemacetan, dst. Lalu setelah kita tahu pasti bahwa penyebab kemacetan adalah sesuatu yang berjangka panjang, misalnya di depan ada jembatan putus, atau kondisinya tidak jelas setelah menunggu lama, barulah kita memutuskan untuk banting setir. Tidak ada salahnya mengubah tujuan bukan ke Bandung tetapi ke Karawang yang tidak macet. Yang penting tujuan liburan tercapai kan? Bisa juga kita tetap bertujuan ke Bandung tetapi mencari jalan alternatif lainnya.

Banting setir dalam berwirausaha memang tidak mudah, tetapi ada kalanya perlu, bahkan wajib dilakukan untuk keselamatan. Banting setir bahkan merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Jadi, bukanlah suatu aib atau hal yang memalukan.

Lalu kapan kita harus bertahan, dan kapan kita harus banting setir? Coba kita kenali ciri- cirinya kapan kita harus banting setir.

1. Perubahan Jaman

Saat kita memulai usaha, tentunya seluruh analisis, perencanaan, investasi, serta ketrampilan teknis usaha dilakukan berdasarkan kondisi yang ada saat itu. Namun demikian, kehidupan adalah hal yang dinamis dan selalu berubah. Kadangkala, perubahan kehidupan itu sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi, produksi dan distribusi dalam masyarakat, sehingga berpengaruh terhadap usaha kita. Pengaruh itu bisa positif, bisa juga negatif. Perubahan jaman biasanya terkait erat dengan teknologi baru, atau yang disebut juga teknologi distruptif. 

Jika perubahan ini sudah teridentifikasi dengan jelas, serta merugikan usaha kita, tidak ada solusi yang masuk akal, serta prospeknya menjadi suram, maka saat itulah kita harus secepatnya banting setir. Ingat ya, kata kuncinya adalah identifikasi perubahan harus jelas.

Suatu contoh perubahan jaman misalnya usaha Wartel (Warung Telepon) dimana jaman dahulu akses telepon sangat sulit, sehingga untuk berkomunikasi, masyarakat menggunakan Wartel. Saat telepon selular mulai populer dengan cepat, dimana tidak diperlukan kabel untuk memasang telepon, maka masyarakat dapat memiliki telepon pribadi dengan mudah dan murah. Saat seperti inilah pengusaha Wartel harus banting setir ke bidang usaha lainnya.  

2. Perubahan Kondisi Pribadi

Yang pasti perubahan akan selalu terjadi dalam diri sendiri. Misal usia yang terus bertambah, kesehatan yang menurun, kematian, masalah rumahtangga, dan sebagainya. Perubahan ini menyebabkan kita tidak dapat menyediakan produk seperti sebelumnya, atau menimbulkan stres berlebih. Kadang kejenuhan atau pandangan hidup yang baru, dapat memicu banting setir.

Perubahan pribadi ini sangat besar pengaruhnya terutama bagi usaha Mikro, sebab keberlangsungan usaha sangat bergantung pada satu orang, yaitu pemiliknya.

Adapun ciri- ciri lainnya yang lebih spesifik: 

3. Usaha Sulit Sekali Maju

Usaha yang sangat susah maju, selalu tekor, meskipun sudah berbagai upaya dilakukan. Apalagi teman- teman dalam profesi yang sama juga mengeluhkan kondisi yang sama. Dalam hal ini banting setir bisa dalam bentuk produk, model bisnis, cara distribusi, atau target pasar yang berbeda.

4. Pasar Jenuh dengan Pesaing

Banyak yang ikut- ikutan berbisnis yang sama, lama- lama penjual terlalu banyak dan menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Mulai banting harga dsb. Dalam hal ini, kita bisa bertahan dengan menekan biaya- biaya serendah- rendahnya, atau banting setir.

Dengan menekan biaya serendah- rendahnya, kita bisa bertahan dalam kondisi sulit, berharap banyak pesaing yang tutup karena tidak tahan. Dalam kondisi seperti ini, saya pribadi suka mengambil keputusan secara Kontrarian, yang dijelaskan di bagian lain blog ini.

5. Tidak Ada Kebutuhan untuk Produk Anda

Di awal usaha, mungkin Anda pikir produknya istimewa, unik, dan akan digemari masyarakat. Bahkan sudah melakukan survey dan hasilnya positif. Namun saat produknya diluncurkan, masyarakat bersikap dingin, bahkan yang tadinya antusias pun tidak membeli. Sebetulnya, ada survey sederhana untuk menyelidiki kebutuhan akan produk kita, yaitu dengan teknik Product/ Market Fit.

Nah, jadi berdasarkan ciri- ciri di atas, mungkin sudah saatnya mempertimbangkan banting setir dalam usaha Anda. Tetapi tunggu dulu, saya menulis juga beberapa artikel terkait banting setir ini, agar kita dapat melakukan keputusan yang jitu. Baca juga:

- Jenis- jenis banting setir dalam usaha;

- Cara banting setir yang aman;

Mudah- mudahan tulisan ini bermanfaat ya.. Salam.

Komentar