Bias Penyintas dan Kisah Kisah Motivasi



Penulis: Irsan Yanuar

Teman- teman tentu sudah sering mendengar kisah- kisah sukses bagaimana Kolonel Sanders yang gigih di usia senja mengembangkan KFC hingga mendunia, atau Bill Gates yang putus kuliah malah memulai usaha baru di bidang perangkat lunak komputer, kemudian menjadi orang terkaya di dunia, atau kisah bagaimana masa kecil yang kelam dari Sylverster Stallone tidak menghalanginya untuk gigih berjuang higga sukses sebagai bintang besar Holywood.

Kisah- kisah itu memang sering didengungkan untuk memotivasi kita agar selalu bersemangat dalam berkehidupan. Rasanya kita juga bisa mengikuti jejak mereka dalam berjuang untuk kehidupan ini. Kisah- kisah sukses ini sering huga dipakai untuk memotivasi masyarakat untuk berwirausaha atau berani mengambil tindakan. Lalu pertanyaan yang timbul, sejauh mana keabsahan kisah- kisah ini sebagai teladan?

Saya ingin mengajak teman- teman untuk berpikir obyektif dan realistis, dengan memperkenalkan salahsatu cacat logika yang disebut Survivor Bias, atau Bias Penyintas. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengecilkan kisah- kisah tersebut, hanya mengajak kita semua untuk membiasakan berpikir realistis, sehingga dengan demikian dapat mengambil keputusan dengan logis dan tidak emosional.

Kembali ke kisah- kisah sukses di atas. Mari kita pikir sejenak. Dari satu orang yang sukses luarbiasa seperti itu, berapa banyak orang- orang yang GAGAL dalam alur usaha yang sama? Faktanya, banyak studi kewirausahaan menunjukkan bahwa 50% usaha tutup di tahun pertamanya, dan dari sisanya, 80% tutup di lima tahun pertama. Artinya yang selamat dalam membangun usaha hanyalah 10% saja!

Pertanyaan yang lebih penting lagi adalah, KENAPA usaha- usaha itu GAGAL? Tidak banyak yang membahas, karena topiknya tidak menarik. Siapa sih yang suka mendengar kisah kegagalan? Kan lebih enak mendengar cerita sukses. 

Di sinilah pentingnya diadakan studi Post Mortem, atau Forensik Bisnis. Studi yang mempelajari penyebab- penyebab kegagalan usaha. Dari segi statistik, populasi usaha yang gagal jauh lebih banyak daripada usaha yang sukses. Sehingga sebagai sumber data tentu akan lebih kaya. 

Penyebab
Penyebab Bias Penyintas sederhana saja. Sebagian besar yang tidak selamat, tidak teramati dengan baik, karena tidak ada yang tersisa. Sementara sebagian kecil yang selamat dapat diamati. Sehingga seolah- olah sebagian kecil yang selamat itu memiliki suatu metoda atau keunggulan tertentu dibanding yang tidak selamat.

Bias Penyintas ini banyak juga dijumpai di berbagai bidang, yang sering kita dengar sehari- hari. Beberapa di antaranya:

Kendaraan/ Peralatan
Sering terdengar pendapat bahwa peralatan (atau kendaraan) buatan jaman dulu lebih kuat dan tahan lama dibanding peralatan buatan jaman sekarang. 

Sebetulnya, peralatan- peralatan tua yang nampak kuat dan bisa terus digunakan, jumlahnya hanya segelintir. Sementara sebagian sangat besar yang sudah tidak dapat dipergunakan lagi, tidak terlihat keberadaannya. Jadi kita mempersepsi bahwa yang peralatan yang kuat lebih banyak dari yang sudah rusak, semata- mata karena yang rusak sudah tidak terlihat lagi.

Arsitektur
Seberapa sering kita mendengar pendapat, bahwa bangunan jaman Belanda lebih kuat, lebih cantik dari bangunan- bangunan baru?

Sebetulnya yang terjadi juga adalah bias penyintas. Bangunan- bangunan Belanda itu terlihat cantik, karena yang buruk dan lapuk sudah diruntuhkan dan diganti dengan bangunan- bangunan baru. Kesannya seolah- olah bangunan Belanda cantik-  cantik dan kuat, padahal yang jelek sudah diruntuhkan.

Karir dan Wirausaha
Seperti dalam contoh di awal tulisan, sering disebut bahwa orang- orang terkaya, sukses, superstar, semua dihasilkan oleh kegigihan dan keuletannya dalam berbagai keterbatasan dan hambatan yang menghalanginya.

Namun sebetulnya jauh lebih banyak orang yang gagal dalam mengatasi hambatan dan keterbatasan, meskipun memiliki ketrampilan, kegigihan dan keuletan yang sama. Mereka tidak terlihat oleh kita, karena tidak ada orang yang mewawancara orang gagal. Kebanyakan wawancara untuk orang sukses, sehingga lebih banyak terkespos. Bias ini dapat menyesatkan, seolah- olah dengan kegigihan dan keultean saja, kita dapat meraih sukses yang sama dengan mereka.

Kesimpulan
Tulisan ini bukan bermaksud mengecilkan arti kisah- kisah sukses untuk motivasi diri, melainkan mengajak untuk mencari dan mempelajari juga cerita kegagalan usaha. Dengan mempelajari penyebab- penyebab kegagalan, kita dapat mengantisipasi dan MENGHINDARI penyebab- penyebab tersebut. Ini pula sebabnya, dalam menulis buku Panduan Usaha Mikro, saya banyak juga mencontohkan penyebab- penyebab kegagalan dalam UMKM, agar informasinya berimbang.

Salam dan Tetap Semangat!

Komentar