Tips Menjadi Coach UMKM yang Efektif


Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madya Mangun Karso
Tut Wuri Handayani


Menjadi Coach Bisnis adalah aktivitas yang sangat menarik. Ada kepuasan tersendiri melihat coachee yang sukses menjalankan usahanya. Menjadi coach secara tidak sengaja, karena memimpin IEC sejak 2013. Banyak startup UMKM yang bertanya dan meminta saran, sehingga mereka dapat menjadi wirausaha yang mandiri.

Sebagai coach kita berperan ganda sebagai instruktur, guru, teman, mentor, fasilitator, advisor, motivator, perencana, dan bahkan sebagai orangtua para COACHEE. Berikut beberapa pengalaman agar coaching kita berhasilguna.

1. Rendah hati.
Ingat, sebagaimana COACH di dunia olahraga, kita BUKANlah superstarnya. Yang menjadi bintang justru para COACHEEnya. Peran coach adalah mengantar mereka menjadi bintang di bidangnya masing2. Dengan sedikit memberi INSPIRASI dan MOTIVASI, mereka akan tergerak untuk menghadapi rintangan yang dihadapi.

2. Posisikan diri sebagai TEMAN, bukan GURU apalagi SUHU.
Ya. Meskipun sebagai coach kita memiliki pengalaman pribadi, bisnis yang sukses, serta pengetahuan buku teks yang banyak, belum tentu semuanya itu relevan dengan permasalahan COACHEE. Gunakan teori hanya sebagai FRAMEWORK untuk analisa. Misalnya yang sering saya pergunakan dan mendasar adalah MARKETING MIX karena startup UMKM biasanya lemah di sini. Identifikasi SWOT coachee tanpa harus eksplisit menanyakannya, meskipun dapat juga ditanyakan.

3. Berempati terhadap Kondisi UMKM
UMKM terutama usaha mikro (Modal di bawah Rp 50juta) memiliki ruang gerak yang amat sangat terbatas. Biasanya bekerja sendiri, atau bersama keluarga. Harus mengurus produksi, marketing, promosi, operasi, keuangan, kesemuanya ditangani sendiri. Jadi kondisi ideal buku teks atau teori tidak akan dapat dipraktekkan di level ini. Kebanyakan mereka berbisnis dengan modal yang sangat terbatas, dan TIDAK BOLEH gagal karena kalau gagal akan kehilangan modal yg sangat berharga.

Untuk startup UMKM saya selalu menganjurkan usaha- usaha JASA modal kecil yang kreatif. Bermodalkan ketrampilan saja dengan pembayaran berbasis tunai. Misalnya menjadi reseller, servis AC, cuci sofa, laundry, katering, desain, dsb. Usaha2 ini tidak memerlukan ketrampilan teknis tertentu, jadi bisa lebih fokus kepada marketing dan survival.

4. Dengarkan dan Pahami Masalahnya.
Saat melakukan coaching, selalu tanyakan apa masalah utama dalam bisnisnya. Biarkan coachee bercerita tentang permasalahan yang dihadapi. Ingat2 bahwa yang diceritakan itu belum tentu sumber masalah, melainkan gejala2 yang dirasakannya. Contoh, ' Penjualan saya merosot drastis tahun ini...' atau, 'Saya bingung mau gaji karyawan berapa ya...' Gali lebih dalam gejala2 tersebut ke dalam framework, lalu dirangkai sehingga masalah utamanya teridentifikasi.

Selanjutnya, tanyakan solusi apa yang terpikir oleh coachee. Dengan demikian kita mengetahui bagaimana persepsi dia thd situasi usahanya. Paling sering mereka angkat masalah klasik soal kurangnya modal... Ingatkan bahwa permasalahan selalu ada di sistem bisnisnya. Modal seberapa besar pun akan habis jika sistem bisnisnya tidak bagus. Modal/ leverage tambahan hanyalah diperlukan untuk PENGEMBANGAN bisnis, bukan untuk menutup defisit.

5. Diskusikan Alternatif Solusi tapi Jangan Dipaksakan
Diskusikan solusi berdasarkan pengalaman, teori, fakta di lapangan, pengalaman coachee. Misal ternyata teridentifikasi bahwa Brandingnya lemah. Bimbing ke arah itu. Jika perlu, hubungkan dengan program pemerintah HAKI, atau logo desain, atau desain kemasan, dsb. Tapi jika coachee tidak setuju, jangan dipaksakan. Perlu waktu untuk mencerna, atau mungkin coachee memiliki prioritas lainnya.

Jangan memberi solusi secara sepihak. Libatkan selalu coachee dalam prosesnya. Kita hanyalah menyediakan panduan. Biarkan coachee menemukan sendiri solusinya. Ini penting supaya coachee dapat mandiri sebagai problem solver untuk dirinya sendiri di kemudian hari, tanpa harus berkonsultasi kepada kita.

6. Bersikap Positif dan Memotivasi
Sesulit apapun situasi yang dihadapi, selalulah bersikap positif. Sebab sebagai coach, kita adalah harapan bagi coachee. Kalau kita pesimis, nanti coachee malah putus harapan. Yang terlebih penting lagi adalah membangkitkan SELF MOTIVATION dalam diri coachee. Sehingga mereka selalu bersemangat dalam menjalankan usahanya.

7. Bersikap Tegas dalam Hal- Hal Prinsip
Beberapa hal yang sifatnya eksakta haruslah menjadi prinsip usaha. Misalnya soal keuangan. Saya berprinsip harus berpikir pengHEMATan di setiap aktivitas usaha. Juga pola pikir EFISIEN harus ditegaskan dalam aktivitas usaha.

Berikutnya adalah tentang SUSTAINABILITY usahanya. Setiap tindakan harus juga memikirkan dampak LINGKUNGAN dan dampak SOSIAL, selain dampak EKONOMI. Sehingga menjadi dasar yang sehat untuk bisnisnya.

Nah, mudah2an pengalaman di atas bisa membantu kita menjadi coach yang efektif ya. Prinsipnya sudah ada kok dari Ki Hajar Dewantoro:

Ing Ngarso Sung Tulodo
Ing Madya Mangun Karso
Tut Wuri Handayani

Yang sudah sukses memberi contoh mengajari adik2nya/ leader,
Yang sedang membangun memberi semangat/ komunitas,
Yang di belakang memberi dorongan/ supply.